Rabu, 01 Agustus 2012

PEMBANTAIAN MUSLIM ROHINGYA MYANMAR (BURMA)

SUGAR FM DALAM BERITA

Warga Rohingya: Terima Kasih Indonesia

Ta Chi Lek Myanmar
Ta Chi Lek Myanmar
Warga Muslim Rohingya, Myanmar, yang sedang mengalami penindasan di negara mereka, menyampaikan terima kasih kepada organisasi Jamaah Muslimin (Hizbullah) di Cileungsi, Bogor, atas bantuan yang mereka terima.
“Kami menerima surat pernyataan terima kasih itu langsung dari salah satu pemimpin Rohingya, Imum Ahmed, lewat surat elektronika yang dikirimkan kemarin,” kata juru bicara Jamaah Muslimin (Hizbullah) Ali Farkhan Tsani di Jakarta, Selasa (31/7)
Dalam surat kepada pembina utama Jamaah Muslimin (Hizbullah) H. Muhyiddin Hamidy, Imum Ahmed menyatakan terima kasih kepada organisasi itu ‘untuk rasa persaudaraan dan kebaikannya kepada manusia perahu Rohingya yang kehilangan hak-haknya dan terdampar di Indonesia.’
Bantuan diberikan Jamaah Muslimin (Hizbullah) lewat cabangnya di Aceh itu, kata Ali Farkhan, disampaikan ketika orang-orang Rohingya melarikan diri dari serangan-serangan di kawasan Arakan, Myanmar, menggunakan perahu kemudian terdampar di Aceh belum lama ini.
“Kami tidak mendapat pertolongan dimana-mana, di dalam, maupun di luar tanah air kami dan hanya saudara-saudari Muslim Indonesia yang kami lihat ada secercah cahaya harapan dan mengungkapkan persaudaraan kemanusiaan pada kami, yang kami cari selama ini,” demikian salah satu kutipan dari surat elektronik tersebut.
Mengutip isi surat itu, Ali Farkhan menambahkan warga Rohingya menyatakan yakin Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar di dunia Islam dengan segenap rakyatnya ‘akan memimpin kami menuju tatanan dunia yang setara, adil dan bebas bagi segenap manusia dan seluruh ummat Islam.’
Sebelumnya, Asosiasi Rakyat Rohingya-Birma yang berkedudukan di Uni Emirat Arab melalui pemimpinnya, Dr. Than Aung telah menyampaikan pernyataan serupa untuk bantuan tersebut.
Than Aung menambahkan pihaknya ingin bergabung dalam organisasi Jamaah Muslimin (Hizbullah) khususnya dalam perjuangan persaudaraan Muslim (Ukhuwah Islamiyah).

Myanmar: Soal Muslim Rohingya Bukan Masalah Agama

Kalau begitu mengapa sulit mendapatkan visa ke sana ?
Kalau begitu mengapa sulit mendapatkan visa ke sana ?
Pemerintah Myanmar menolak upaya beberapa kalangan mempolitikkan dan menduniakan keadaan di wilayah Rakhine sebagai masalah agama. Demikian pernyataan yang disampaikan Pemerintah Republik Myanmar, yang diterima ANTARA pada Senin (30/7).
Pemerintah Myanmar menyatakan telah melakukan pengendalian maksimal untuk memulihkan hukum dan ketertiban di tempat tertentu di wilayah Rakhine. Myanmar sangat menolak tuduhan beberapa kalangan bahwa kekerasan dan penggunaan kekuatan berlebihan dilakukan pihak berwenang dalam menangani kerusuhan di wilayah tersebut, kata pernyataan itu.
“Myanmar adalah negara banyak agama, tempat Buddha, Kristen, Muslim, dan Hindu hidup bersama dalam damai dan serasi berabad-abad. Oleh karena itu, peristiwa di Rakhine bukan karena penindasan agama atau diskriminasi,” kata pernyataan pemerintah itu.
“Perdamaian dan stabilitas sangat diperlukan demi keberlangsungan demokrasi dan proses reformasi di Myanmar. Solidaritas nasional dan harmoni rasial antarsuku berbeda penting bagi kesatuan,” katanya.
Pihak berwenang telah mengambil tindakan diperlukan dengan hati-hati, katanya, pemerintah bekerja sama dengan pemimpin agama dan masyarakat, partai politik, dan organisasi sosial untuk mengatasi masalah tersebut.
Pada 11 Juni, Presiden U Thein Sein menyampaikan pernyataan terkait kejadian itu, mengimbau masyarakat Myanmar bekerja sama dengan pemerintah dan minta semua mewujudkan setiap unsur keadaan dengan kemurahan hati.
Presiden juga berjanji sangat mementingkan aturan hukum. Kantor Presiden menyatakan Keadaan Darurat Negara di wilayah Rakhine untuk menghentikan kekerasan dan mengembalikan hukum dan ketertiban pada 12 Juni 2012.
Pemerintah Myanmar sedang membangun bangsa damai, modern dan maju serta menetapkan prioritas untuk memastikan perdamaian, stabilitas, dan aturan hukum, katanya.
Setelah dua kejadian itu, kerusuhan pecah di kota Sittway, Maungtaw, dan Buthidaung, tempat perusuh membakar dan menghancurkan rumah, toko, dan penginapan, serta terlibat pembunuhan. Akibat kerusuhan itu, 77 orang dari kedua pihak tewas dan 109 luka. Sejumlah 4.822 rumah, 17 masjid, 15 biara, dan tiga sekolah dibakar.
Pemerintah menyatakan mencoba segera memulihkan ketengan di tempat kerusuhan itu sejak awal kekerasan di wilayah Rakhine. “Pemerintah juga mengambil langkah untuk menghentikan sebaran kekerasan dan mengembalikan perdamaian. Warga diberi keterangan tentang keadaan tersebut secara terbuka,” katanya.
Untuk mengungkapkan kebenaran dan mengambil tindakan hukum pada pelaku pelanggaran hukum dan perbuatan onar di wilayah Rakhine, Panitia Penyelidik beranggota 16 orang dan dipimpin Wakil Menteri Dalam Negeri dibentuk pada 6 Juni 2012, kata pernyataan itu.
Dalam meninjau kejadian di wilayah itu ditemukan bahwa pelanggaran hukum tersebar akibat ketidakpercayaan dan perbedaan agama, yang menciptakan kebencian dan balas dendam terhadap satu sama lain.
Sebagai korban kekerasan, baik umat Buddha maupun Muslim, sangat jelas tampak bahwa kerusuhan tersebut tidak terkait dengan penganiayaan di wilayah itu. Myanmar adalah negara banyak ras dan banyak agama, tempat orang dengan keyakinan berbeda hidup bersama dalam damai dan serasi, kata pernyataan itu.
Anggota kabinet dan pejabat pemerintah serta perwakilan dari masyarakat telah mengunjungi wilayah terimbas kerusuhan itu dan terlibat dalam pemukiman ulang dan pemulihan serta penyaluran barang ke masyarakat di markas bantuan.
Pemerintah mengambil tindakan hukum terhadap pelaku kejahatan itu, katanya. Pada waktu sama, pemerintah mengambil langkah untuk memastikan gejala dan kejadian tersebut tidak terjadi lagi, kata pernyataan itu.
Pemerintah membangun 89 markas bantuan di kota tersebut bagi 14.328 orang Rakhine dan 30.740 orang Muslim terdampak kekerasan itu. Karena keadaan hukum dan ketertiban mulai pulih, pengungsi di tempat tersebut berangsur-angsur pulang.
Sebagai bagian dari usaha pembangunan kembali perumahan, yang dibakar di Maungtaw dan di desa sekitarnya, Kementerian urusan Perbatasan akan membangun 202 rumah, UNHCR akan membangun 222 rumah, dan CARE Myanmar, lembaga swadaya masyarakat antarbangsa, akan membangun 128 rumah. UNHCR sejauh ini mengirim 400 tenda bagi pengungsi di kota Maungtaw.
Dalam rangka memberikan penampungan di Sittway dan desa sekitarnya, pemerintah wilayah Rakhine berjanji membangun 170 tenda sementara, sedangkan UNHCR dan CARE Myanmar pimpinan UNHCR akan membangun 600 tenda, kata pernyataan itu.
UNHCR dan LSM itu telah menyediakan 6.818 perangkat berbagai macam peralatan rumah tangga dan 2.412 terpal bagi pengungsi di Rakhine. Selain itu, uang tunai dan barang berharga lain senilai tiga miliar Kyat untuk bantuan dan rehabilitasi korban diterima dari simpatisan, baik dari dalam maupun luar negeri.

ACT segera masuk ke Rohingya, Visa Melalui Bangladesh


“Alhamdulillah, akhirnya visa sudah di tangan. Pemerintah Bangladesh mengizinkan kami masuk,” jelas Andhika Purbo Swasono, Ketua Action Team for Rohingya, Jumat, setelah keluar dari Kedutaan Besar Bangladesh di Jakarta. Dari Bangladesh, tak jauh lagi untuk merapat ke pengungsi Rohingya di Myanmar. Langkah membantu Muslim Rohingya pun bukan hanya wacana dan diplomasi di dalam negeri.
Sebagai kunjungan awal menemui pengungsi Rohingya di Myanmar, tak banyak rencana yang disiapkan. “Prioritasnya, memberi bantuan medis dan pangan. Hadirnya tim ini, mewakili kepedulian masyarakat Indonesia langsung ke tengah pengungsi. Seperti standar aksi ACT, kami tak pernah melupakan koordinasi dengan pemerintah, termasuk menetapkan mitra lokal. Bagaimana pun, kami adalah tamu di negeri orang, sehingga menghargai tuan rumah,” jelas Andhika.
Isu kemanusiaan sejatinya adalah “hajatan besar” umat manusia, terutama dalam bulan Ramadhan penuh berkah ini. “Karena ini hajatan besar, ACT sangat berbesar hati ketika pekan ini makin banyak simpati dan kesadaran mempedulikan Rohingya. Etnik muslim Rohingya, merupakan komunitas paling sengsara saat ini di antara penduduk dunia. Kita selayaknya terpanggil hadist orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang, saling menyayang dan saling cinta bagaikan satu tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota tubuh lainnya ikut merasakan sulit tidur dan demam,” ungkap Andhika.
Tanpa menunda waktu lagi, minggu 29/7 tim pertama Action Team for Rohingya akan berangkat menemui langsung para pengungsi Rohingya dipimpin Andhika. Selain Andhika, tim ini didukung relawan medis, dr. Rio Pranata. “Dokter Rio saat ini bertugas di Klaten, Jawa Tengah. Beliau akan menyusul di hari yang berbeda,” jelas Andhika.
Tim Aksi untuk Rohingya dibentuk bulan Juni lalu, dan telah melakukan serangkaian aksi galang dana dan kampanye kepedulian.
ACT, kata N. Imam Akbar, Direktur Global Humanity Response – lembaga yang diinisasi ACT merespon krisis kemanusiaan di luar Indonesia, tak hanya berikhtiar membantu Rohingya melalui Banglades. “Kami juga mengupayakan melalui Myanmar. Kalau sulit dari Jakarta, kita bermitra dengan mitra ACT di Malaysia yang insyaAllah memiliki semangat yang sama. Di Malaysia, muslim Rohingya relatif lebih tertangani. Mereka bahkan bisa membentuk paguyuban untuk memperjuangkan nasibnya melalui wadah organisasi.”
Andhika: Muda dan Selalu Siaga
Loyalitas Andhika Purbo Swasono, patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, dalam usianya yang masih muda, lahir di Jakarta 6 Juli 1980, bapak seorang putri – Aisyah Dalia Asira, tak pernah menampik tugas. Kesiagaan telah menjadi sikapnya. Hal itu secara sadar menjadikan Tri Mardiati – istri Andhika – selalu siap menerima kenyataan untuk ditinggal suaminya bertugas. Tak berlebihan kalau Tria menikahi Andhika, mirip menikahi seorang tentara. Bedanya, Andhika tak pernah bertugas dengan membawa senjata. “Senjata saya, keikhlasan dan kesiapan menyapa saudara-saudara kita yang ditimpa kemalangan,” ujar sulung dua bersaudara dari pasangan Santoso SW dan Yupika Adelina Setyawati ini.
Karir Andhika di AC dimulai sebagai relawan. Pertama kali, alumnus Departemen Matematika FMIPA Universitas Indonesia ini terlibat dalam tim kemanusiaan ACT saat gempa mengguncang Jogja (2006). Sesudahnya, sejumlah event bencana dilibatinya. Tahun 2007, mendukung emergency team ACT. Tahun 2009, saat sejumlah bencana hadir beruntun di Indonesia, Andhika terlibat dalam sejumlah aksi kemanusiaan. Longsor Cikangkareng – Cianjur Selatan (2009), gempa bumi di Sumatra Barat, targedi pecahnya tanggul Situ Gintung (Ciputat Timur, Tangerang Selatan), gempa bumi Jawa Barat.
Andhika berkali-kali didapuk sebagai Action Team Leader. Tahun 2010 saja, dua kali posisi itu diamanahkan padanya yaitu saat erupsi Merapi (memimpin Tim Kesehatan) dan banjir bandang Cihaurbeuti, Ciamis (memimpin emergency team).
Pengalaman bergaul “dengan maut” tak pernah menyurutkan langkah Andhika. Justru situasi bersama korban-korban selamat dari bencana, meneguhkan rasa syukur dan pelajaran akan kehidupan. “Saya terkesan menyaksikan warga Jogja dan Jateng begitu tegar menghadapi bencana. Meski banyak kehilangan, harta bahkan anggota keluarganya, mereka tidak berlama-lama larut dalam kesedihan. Warga Jogja, dibanding korban bencana lainnya, lebih cepat bangkit kembali,” ungkap Andhika.
Wujud kesiapan menerima tugas, juga diperlihatkannya saat diterjunkan dalam Komite Indonesia untuk Solidaritas Somalia (KISS). Dari tim pertama sampai tim ketiga, Andhika ikut di dalamnya dan selama itu harus di luar negeri meninggalkan istrinya. Andhika bersama tim “berkeliaran” membawa bantuan masyarakat Indonesia melalui KISS – lembaga yang diinisiasi ACT – di Mogadishu, yang disebut media internasional sebagai kota paling berbahaya di dunia saat ini. “Di sela tugas di Somalia dan Kenya, ACT sempat menugaskan saya membantu korban gempa di provinsi Van, Turki (2011), menyalurkan bantuan logistik,” kata Andhika.
Selama terlibat dalam KISS, Andhika mengelola tak hanya bantuan medis dan pangan. Ia mendampingi relawan lokal menyiapkan hewan kurban, mendistribusikan dan mendokumentasikan prosesnya sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pekurban di Indonesia. “Pendistribusian kurban di perbatasan Somalia-kenya maupun di Mogadishu, dahsyat karena dilakukan di kawasan padat pengungsi dan minim kemampuan berbahasa Inggris. Mereka juga agak sulit ditertibkan. Tak mudah mendokumentasikan proses qurban di Mogadishu karena berlaku pembatasan aktivitas di alam terbuka orang asing sejak pukul 17.00,” jelas alumnus SMU Negeri 70 Jakarta ini.
Andhika dan kesiapannya terjun di situasi genting kemanusiaan, teladan bagi kaum muda Indonesia. Mengapa ia menerima tugas berat ini? “Tak harus menanti berumur, untuk melakukan sesuatu yang berarti,” ujarnya. Maka, ia mengaku banyak belajar dari Ahyudin, presiden ACT yang dikaguminya. “Seperti komandan (sebutan akrab kru ACT terhadap Ahyudin), sebelum pergi bertugas, saya menulis surat wasiat. Berjaga-jaga andai terjadi sesuatu terhadap saya, keluarga sudah siap dan melakukan hal terbaik. Doakan, ya, saya kembali pulang dengan selamat, jadi wasiat itu tak perlu dibuka,” ujarnya.
sumber http://arrahmah.com

Dendam pada Umat Islam, AS Diam Saja Pembantaian Rohingya


MOSKOW — Nasmiya Bokova, jurnalis dan wakil pimpinan redaksi majalah Muslimanka terbitan Bosnia, mengkritik sikap Amerika Serikat dan negara-negara Barat yang tidak bereaksi dalam soal pembantaian Muslim Rohingya di Myanmar. Bokova memperkirakan beberapa alasan mengapa negara Barat yang mengklaim pejuang hak asasi manusia itu memilih sikap diam saja.
“Mengapa Amerika Serikat langsung mereaksi atas penangkapan atau cederanya sejumlah orang di salah satu negara dunia ketiga. Namun, AS tidak menunjukkan reaksi apapun terhadap tragedi di Myanmar?” katanya. “Itu karena Barat dan Amerika Serikat, dendam terhadap umat Islam.”
Bokova menyatakan hal tersebut dalam wawancaranya dengan IRNA di Moskow, Rusia, pada Sabtu (28/7) waktu setempat. Selain karena dendam, AS dan negara Barat memilih diam dalam soal pembantaian Muslim Rohingya karena dalam rangka menggulirkan politik islamphobia.
Selain itu, mereka juga sedang merongrong sebuah negara Muslim lain yaitu Suriah. ”Mereka tidak ingin perhatian dunia teralihkan pada pembantaian warga Muslim di Myanmar,” kata Bokova.
sumber  :  republika.co.id

Taliban Siap Serang Myanmar untuk Balas Dendam Rohingya

Masjid Jamik di Ta Chi Lek Myanmar
Bersama Imam Masjid Jamik di Ta Chi Lek Myanmar. Masjid ini termasuk yang masih terawat dengan baik. Biaya perawatan konon didapat  dari bantuan  Muslim China di Chiang Rai Thailand 
ISLAMABAD – Kelompok militan Taliban Pakistan mengancam akan menyerang Myanmar untuk membalas dendam atas peristiwa pembantaian Muslim Rohingya. Taliban juga mendesak Pemerintah Pakistan agar memutuskan hubungan dengan Myanmar.
Gerakan Tehrik-e-Taliban mengklaim dirinya sebagai pembela warga Muslim di Myanmar. Taliban pun menuntut Pemerintah Pakistan agar segera menutup kantor Kedutaan Besar Myanmar di Kota Islamabad.
“Kami akan membalas darah kalian. Bila Kedutaan Besar Myanmar tidak ditutup, kami tidak hanya akan menyerang Myanmar, kami juga akan menyerang Pakistan yang merupakan Sahabat Myanmar,” ujar juru bicara Taliban Ehsanullah Ehsan, seperti dikutip PTI, Jumat (27/7/2012).
“Kami juga menyerukan kepada media yang menyebut dirinya sebagai perwakilam Islam, untuk menyiarkan siaran berisi fakta-fakta yang terjadi di Myanmar dan warga Muslim Myanmar,” tegasnya.
Meski demikian, Taliban tidak mengatakan, apakah mereka akan mengirim militan-militannya ke negeri yang sempat dipimpin junta militer itu. Pernyataan ini merupakan ancaman pertama dari Taliban Pakistan terhadap Myanmar. Sejauh ini, Taliban Pakistan hanya membahas isu-isu yang berkaitan dengan Afghanistan.
Sejauh ini, kantor Kedutaan Besar Myanmar di Islamabad tidak mengeluarkan komentar mengenai insiden ini. Sejumlah pengamat juga meragukan kemampuan Pakistan untuk melakukan serangan bom di Myanmar. Sementara itu, Pemerintah Pakistan sebelumnya mengatakan bahwa negaranya berharap Myanmar sanggup mengatasi insiden berdarah itu.
Konflik komunal terjadi di wilayah Arakan, Myanmar, antara warga Muslim Rohingya dan Budha. Peristiwa itu menewaskan banyak orang dan ribuan warga Rohingya pun melarikan diri dari wilayahnya.
Warga Muslim itu lari ke Bangladesh yang berdekatan dengan Myanmar. Meski demikian, mereka juga menghadapi deportasi dari pemerintah.
Amnesty International turut melaporkan sejumlah bukti-bukti adanya peristiwa pemerkosaan, penghancuran properti, dan pembunuhan terhadap warga Muslim yang dilakukan oleh warga Budha serta pasukan Myanmar. Arus distribusi bantuan pun diblokir oleh warga dan pasukan.

Menurut UNHCR : Bentrokan di Myanmar Utara, 800 Ribu Orang Mengungsi

Muslims hold pictures and banners as they protest in front of Myanmar's embassy in Bangkok in June. A group of Rohingyas living in Thailand and other Muslims gathered outside the embassy demanding security for Myanmar's Rohingya people and called for inter
Muslims hold pictures and banners as they protest in front of Myanmar’s embassy in Bangkok in June. A group of Rohingyas living in Thailand and other Muslims gathered outside the embassy demanding security for Myanmar’s Rohingya people and called for inter
JENEWA — Sekitar 80.000 orang diperkirakan akan mengungsi karena bentrokan antar-kelompok baru-baru ini di negara bagian Rakhine utara Myanmar, kata Badan Pengungsi PBB (UNHCR), Jumat (27/7).
Juru bicara UNHCR Andrej Mahecic mengatakan kepada wartawan bahwa lebih dari 30.000 Orang-Orang Terlantar Internal (IDPs) telah menerima bantuan. Organisasi-organisasi darurat dan pemerintah telah mulai membangun tempat penampungan pengungsi di beberapa kamp-kamp.
Mahecic juga menyatakan keprihatinan atas tiga anggota staf UNHCR yang telah ditahan di negara bagian Rakhine.
Komisaris Tinggi PBB untuk HAM Navi Pillay pada Jumat juga menyatakan keprihatinan serius atas pelanggaran hak asasi manusia yang sedang berlangsung di Myanmar, dan menyerukan penyelidikan cepat dan independen.
Kekerasan dipicu antara etnis Rakhine Buddha dan etnis Rohingya Muslim di Taungup di negara bagian Rakhine setelah seorang wanita Buddhis diperkosa dan dibunuh pada 28 Mei. Menurut angka resmi, kekerasan di kawasan itu telah merenggut sedikitnya 78 jiwa sejauh ini.

Poto – Poto atau Gambar Yang Tidak Benar Yang Tersebar Tentang Muslim Rohingya Myanmar

Pembantaian yang berlaku di Myanmar adalah hal yang benar benar terjadi dan dihimbau kepada seluruh ummat Islam bangkitlah menyatakan protes dan turut menyalurkan sumbangan semampu yang ada, paling tidak untuk meringankan beban saudara saudara seagama kita disana.
Janganlah menyebarkan gambar gambar palsu tentang hal yang benar, itu adalah suatu perbuatan yang tidak bermoral dan hanya menangguk di air keruh. Apakah maksud disebalik itu?…apakah semata-mata hanya untuk menaikkan rating ? Menurut kami itu adalah perbuatan yang tidak bertanggung jawab diatas penderitaan orang lain
Poto : Biksu sebagian orang menyebutnya Sami Buddha Mengamuk Di Myanmar. Caption itu memang betul ada, kejadiannya pun memang di Myanmar tetapi berlakunya pada tahun 2007 yang silam. Poto ini tidak ada langsung berhubungan dengan kerusuhan etnis,  sebab ini adalah demonstrasi yang dilakukan oleh rakyat Myanmar terhadap kerajaan junta militer yang tertekan dengan kemiskinan akibat dari kenaikan harga barang barang kebutuhan pokok.
Poto : Biksu sebagian orang menyebutnya Sami Buddha Mengamuk Di Myanmar. Caption itu memang betul ada, kejadiannya pun memang di Myanmar tetapi terjadinya pada tahun 2007 yang silam. Poto ini tidak ada langsung berhubungan dengan kerusuhan etnis, sebab ini adalah demonstrasi yang dilakukan oleh rakyat Myanmar terhadap kerajaan junta militer yang tertekan dengan kemiskinan akibat dari kenaikan harga barang barang kebutuhan pokok. Sumber Ahrchk | MySinchew
Keterangan gambar : Seorang Muslim Myanmar telah dibakar dan orang - orang disekelilingnya hanya memerhatikan saja  tanpa ada seorang pun yang bersimpati atau ingin memberikan bantuan. Gambar ini banyak beredar di Facebook. Gambar ini sebenarnya adalah poto seorang aktivis Tibet yang bernama Jhampel Yesh yang menolak kunjungan Presiden China ke India. Aktivis tersebut merupakan seorang imigran yang sedang memohon suaka politik dari pihak pemerintah India. Dia membuat aksi membakar dirinya sendiri sebagai unjuk rasa kunjungan oleh Hu Jintao (Presiden China ketika itu) ke India.
Keterangan gambar : Seorang Muslim Myanmar telah dibakar dan orang – orang disekelilingnya hanya memerhatikan saja tanpa ada seorang pun yang bersimpati atau ingin memberikan bantuan. Gambar ini banyak beredar di Facebook.
Gambar ini sebenarnya adalah poto seorang aktivis Tibet yang bernama Jhampel Yesh yang menolak kunjungan Presiden China ke India. Aktivis tersebut merupakan seorang imigran yang sedang memohon suaka politik dari pihak pemerintah India. Dia membuat aksi membakar dirinya sendiri sebagai unjuk rasa kunjungan oleh Hu Jintao (Presiden China ketika itu) ke India. – International Business Times | The Guardian UK
Foto foto  ini juga banyak beredar di internet mereka mengaitkan peristiwa pembantaian ummat Islam Rohingya di Myanmar. Tetapi sebenarnya gambar - gambar ini adalah merupakan kejadian yang berlaku di Selatan Thailand - Wilayah Patani. Peristiwa ini terjadi pada bulan Oktober 2004 dimana Tentera Thailand  membunuhi ratusan warga Muslim Patani di Takbai yang mengakibatkan sekurang kurangnya 85 orang terbunuh, 60 cedera, dan 59 lainnya dipenjarakan. Peristiwa ini terjadi pada saat umat Muslim Patani sedang berpuasa Ramadhan. Dan terkenal dengan Peristiwa Takbai.
Foto foto ini juga banyak beredar di internet mereka mengaitkan peristiwa pembantaian ummat Islam Rohingya di Myanmar. Tetapi sebenarnya gambar – gambar ini adalah merupakan kejadian yang berlaku di Selatan Thailand – Wilayah Patani. Peristiwa ini terjadi pada bulan Oktober 2004 dimana Tentera Thailand membunuhi ratusan warga Muslim Patani di Takbai yang mengakibatkan sekurang kurangnya 85 orang terbunuh, 60 cedera, dan 59 lainnya dipenjarakan. Peristiwa ini terjadi pada saat umat Muslim Patani sedang berpuasa Ramadhan. Dan terkenal dengan Peristiwa Takbai.   Hminews.com | The Telegraph | SMH Portal | People’s Daily | Frontline
Foto diatas adalah merupakan kejadian yang benar tetapi bukan berlaku di Myanmar sebagaimana yang disebarluaskan dalam internet. Kejadian ini  adalah peristiwa gempa bumi yang terjadi di negara Tibet dan telah menelan banyak korban. Tibetan Community | Tibet Times
Foto diatas adalah merupakan kejadian yang benar tetapi bukan berlaku di Myanmar sebagaimana yang disebarluaskan dalam internet. Kejadian ini adalah peristiwa gempa bumi yang terjadi di negara Tibet dan telah menelan banyak korban.  Tibetan CommunityTibet Times

Indonesia Tidak Bisa Intervensi Myanmar Tentang Rohingya ??????

Dirjen Kerjasama ASEAN, I Gusti Agung Weseka Puja mengatakan anggota ASEAN tidak dapat melakukan intervensi ataupun turut campur atas suatu persoalan yang dialami oleh negara anggota lainnya.
Hal ini menjawab bagaimana peran Indonesia untuk ikut aktif menyelesaikan permasalahan Rohingya dengan pemerintah Myanmar.
Sebagai negara berdaulat, Pemerintah Myanmar mengatakan masalah tersebut adalah konflik dalam negeri, yang tidak dapat dicampuri penyelesainnya oleh negara manapun.
Tetapi, keterbukaan pemerintahan Myanmar juga diharapkan untuk menjelaskan kepada internasional tentang kondisi dan situasi di wilayah yang sekarang ditetapkan sebagai zona militer itu. “Kami mendorong atas keterbukaan pemerintahan di sana (Myanmar), dan kami masih bisa percaya,” ungkapnya.
di Border , perbatasan Myanmar Golden Trangle...masuk ke negri Junta ini secara resmi pasport kita ditahan dan di tukar dengan secarik kertas saja.
di Border , perbatasan Myanmar Golden Trangle…masuk ke negri Junta ini secara resmi pasport kita ditahan dan di tukar dengan secarik kertas saja.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Sosial Politik dan Budaya KBRI di Myanmar, Djumara Supriyadi menuturkan, telah mendesak pemerintah junta militer Myanmar untuk membuka diri atas keterlibatan komunitas internasional dalam konflik tersebut. Salah satunya dengan memberikan akses masuk bagi relawan, maupun pemantau dan media asing, ke Negara Bagian Rakhine. Namun, kata dia, desakan itu belum ditanggapi oleh pemerintah setempat.

Border Myanmar, kenapa bisa ganas begitu ya Biksu Biksu ini.......
Border Myanmar, kenapa bisa ganas begitu ya Biksu Biksu ini…….

Djumara menyarankan, agar relawan Indonesia yang hendak memantau dan melakukan perbantuan terhadap Muslim Rohingya, agar berangkat atas nama perbantuan kemanusian, dan tidak mandiri.
Muhammadiyah Internasional telah lama bergerak ke daerah Junta Militer ini
Muhammadiyah Internasional telah lama bergerak ke daerah Junta Militer ini
Kata dia, lembaga di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), UNOCHA, juga tengah melakukan upaya agar pemerintah Myanmar dapat mengizinkan para relawan dan pers asing masuk ke wilayah tersebut

Muhammadiyah Diminta Tampung Pengungsi Rohingya

Jauh sebelum terkuak kepermukaan kekejaman Biksu Budha dan Pemerinta Junta Militer Myanmar , Muhammadiya yang tergabung dalam Muhammadiyah Internasional telah begerak kesana..
Jauh sebelum terkuak kepermukaan kekejaman Biksu Budha dan Pemerinta Junta Militer Myanmar , Muhammadiya yang tergabung dalam Muhammadiyah Internasional telah begerak kesana..

Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) mengajukan permintaan pada induknya, PP Muhammadiyah agar bersedia menampung ratusan pengungsi Rohingya, Myanmar di Indonesia. Pemerintah Indonesia pun diminta memberikan suaka politik bagi para pengungsi. “Kami tidak hanya sekedar mengutuk pemerintah junta militer Myanmar segera menghentikan pembataian tersebut. Tapi kami akan mengusulkan kepada PP Muhammadiyah untuk menampung para pengungsi yang berjumlah lebih dari 300 orang di seluruh Indonesia,”ujar Sekjen DPP IMM Fahman Habibi, Jumat (27/7).
Kelayakan penampungan pengungsi, dinilainya penting, terutama bagi anak-anak. Mereka, imbuh Fahman, bisa ditampung di beberapa panti asuhan Muhammadiyah yang jumlahnya mencapai lebih dari 200 lokasi. Bentuk bantuan lain yang diharapkan IMM yakni berupa beasiswa kepada anak-anak tersebut untuk bersekolah. Setidaknya mereka diperkenankan melanjutkan studi di lembaga pendidikan dan perguruan tinggi Muhammadiyah.
“Kami juga mendesak kepada pemerintah Republik Indonesia untuk segera memberikan suaka politik kepada para pengungsi yang sudah ada di Indonesia,” harap Fahman.

Muslim Rohingya Dibunuh Karena Tidak Mau Murtad

Bukan perkara mudah untuk merenovasi masjid di Myanmar, memerlukan izin yang sangat rumit dan berliku liku....sehingga masjid masjid terbiar rusak sendiri dimakan usia, puluhan tahun tak tersentuh perbaikan karena memang tidak dizinkan , akhirnya rubuh sendiri...Lain lagi masjid yang bmemang terbakar dan sengaja dibakar
Bukan perkara mudah untuk merenovasi masjid di Myanmar, memerlukan izin yang sangat rumit dan berliku liku….sehingga masjid masjid terbiar rusak sendiri dimakan usia, puluhan tahun tak tersentuh perbaikan karena memang tidak dizinkan , akhirnya rubuh sendiri…Lain lagi masjid yang bmemang terbakar dan sengaja dibakar
Salah seorang delegasi Myanmar mengatakan pada Jamaah Islamiyah bahwa para warga Muslim Rohingya di Myanmar dibantai karena mereka tidak mengubah keyakinannya. Jamaah Islamiyah (JI) sebelumnya pun mengecam keras peristiwa berdarah itu.
Pimpinan delegasi itu, Noor Husain Arakani bertemu dengan Jamaah Islamiyah di Mansoora pada Rabu kemarin dan menceritakan insiden pembantaian Rohingya. Arakani mengatakan bahwa warga Muslim di perbatasan Bangladesh menunggu bantuan tanpa adanya harapan karena Pemerintah Myanmar menutup pintu perbatasan itu.
Arakani juga menceritakan bagaimana warga Muslim Myanmar dipaksa untuk berpindah keyakinan dan mengalami penyiksaan. Mereka dipaksa untuk memakan daging babi dan minum minuman keras. Di beberapa tempat lainnya, mereka juga dibakar hidup-hidup dan tidak diperbolehkan menggunakan ponsel. Seandainya saya bukan seorang Muslim, saya akan menjadi warga negara Myanmar
Sementara itu, Pemimpin Jamaah Islamiyah di Pakistan Sheikh Munawar Hasan menuntut komunitas internasional, khususnya para petinggi negara Muslim untuk menekan Pemerintah Myanmar dan menghentikan aksi pembantaian terhadap warga Muslim Rohingya. Pemerintah Myanmar juga diminta agar menjamin hak-hak warga Rohingya. Jamaah Islamiyah pun sudah membentuk badan amal khusus untuk Muslim Rohingya.
“Puluhan ribu warga Muslim Myanmar yang ada di perbatasan Myanmar dan Bangladesh membutuhkan bantuan kemanusiaan. Mereka disiksa oleh angkatan bersenjata. Namun komunitas internasional, media, dan badan-badan HAM hanya terdiam,” ujar Munawar, seperti dikutip The News, Kamis (26/7).
Bersamaan dengan itu, Sekretaris Jendral Liga Muslim Pakistan Muhammad Ali Saif mendesak seluruh negara Islam agar menolong warga Muslim di Myanmar dari kekejaman Angkatan Bersenjata Myanmar dan komunitas-komunitas. Sejauh ini, 500 desa yang dipenuhi warga Muslim di Myanmar juga dibakari.

Tidak Mudah Mendapatkan Visa Masuk Meliput ke Arakan Myanmar


Otoritas Burma telah menolak untuk memberikan visa kepada seorang advokat Hak Asasi Manusia asal Pakistan Ansar Burney dan seorang rekannya, yang ingin datang ke Burma untuk misi pencarian fakta terkait kekejaman yang dilakukan terhadap  MUSLIM ROHINGYA DI MYANMAR  di negara bagian Arakan, Burma.
Duta besar Burma di London memberitahu Burney, yang memimpin Ansar Burney Trust International, sebuah organisasi HAM di London bahwa mereka (otoritas Burma) tidak mengizinkan setiap wartawan dan para aktivis HAM untuk datang ke Burma untuk misi pencarian fakta.  Para Biksu di Myanmar Membenci Muslim Rohingya
“Duta besar telah memberitahu saya bahwa mereka tidak mengizinkan para wartawan dan aktivis HAM di negaranya. Tindakan ini membuktikan bahwa Burma memiliki sesuatu untuk disembunyikan dari dunia,” ujar Burney, dilansir Mizzima.
Mantan Menteri Federal untuk Hak Asasi Mania dan sekretaris Pakistan Press Club (UK) pada hari Kamis (19/7/2012) mengajukan visa untuk mengunjungi Burma. Pada hari Selasa dia diberitahu visa tidak dapat diberikan.
Burney, yang juga seorang mantan anggota Dewan HAM PBB, mengatakan ingin pergi ke Arakan untuk memastikan apakah benar adanya berita tentang pembunuhan, penangkapan, dan kekejaman lainnya yang dilakukan oleh pasukan keamanan Burma atau etnis Buddhis Rakhine.
Memang, banyak orang yang kurang yakin atas pemberitaan penindasan otoritas Burma dan masyarakat Buddhis Rakhine terhadap Muslim Rohingya di Arakan, sebab media-media internasional terkemuka tidak memberitakan fakta secara rinci tentang apa yang terjadi di Arakan. Selama ini, para jurnalis, terutama jurnalis Muslim, banyak mengambil fakta yang dipaparkan oleh media pro-Rohingya dan media lokal yang dikelola langsung oleh Muslim Rohingya. baca  Cara Muslim Rohingya mengabarkan berita
Data yang didapat oleh media lokal dan media Islam biasanya didapat dari laporan langsung dari Muslim Rohingya yang masih dapat menggunakan alat komunikasi, atau dari para kerabat korban yang masih dapat menghubungi keluarganya di Arakan. Selain itu, beberapa jurnalis Muslim lokal telah berhasil meliput langsung bagaimana situasi di Arakan, meskipun gerak mereka sangat terbatas.
Penolakan visa Burney dengan alasan bahwa tidak diizinkan para wartawan untuk meliput ke Burma adalah hal yang aneh, karena telah ada beberapa media mainstream yang pernah meliput langsung ke Arakan.

Cara Muslim Rohingya mengabarkan berita

Muslim Rohingya Myanmar Burma
Muslim Rohingya Myanmar Burma

Berita tentang tragedi berdarah di Arakan yang valid berasal dari informasi langsung Muslim Rohingya, karena itu berita yang diterima media biasanya berupa informasi pendek dari beberapa kejadian yang berbeda.
Dalam sebuah video yang dipublikasikan di Youtube beberapa waktu lalu, direkam oleh warga lokal, memperlihatkan situasi sebuah desa Rohingya yang telah dibakar habis. Beberapa Muslim terlihat mencatat kesaksian warga dan mendata terkait apa saja yang rusak, bagaimana kejadiannnya, berapa jumlah korban. Kemudian data tersebut akan disebarkan melalui media-media pro-Rohingya untuk mengabarkan kepada dunia tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Para Biksu di Myanmar Membenci Muslim Rohingya

Biksu-biksu di Myanmar yang memiliki peranan penting dalam proses demokratisasi, justru tidak ikut melindungi warga Muslim Rohingya. Mereka menggelar aksi dengan membagikan pamflet anti-Rohingya ke warga.
Para pemuka agama itu dikabarkan memblokir bantuan kemanusiaan yang diberikan aktivis untuk warga Rohingya. Salah satu pamflet yang dibagikan bertulisan “rencana untuk membasmi etnis lain.”
“Belakangan ini, biksu-biksu memainkan peranan untuk menolak bantuan asing yang ditujukan kepada warga Muslim. Mereka mendukung kebijakan Pemerintah Myanmar,” ujar salah seorang anggota LSM Chris Lewa, seperti dikutip Independent, Rabu (25/7).
“Seorang anggota relawan di Sittwe mengatakan kepada saya bahwa biksu-biksu itu berada di dekat kamp Rohingya dan melakukan pemeriksaan. Mereka mengusir seluruh orang yang hendak memberikan bantuan ke warga Rohingya,” tambahnya.
dikutip dari eramuslim.com
dikutip dari eramuslim.com

Assosiasi Biksu Muda Sittwe dan Mrauk juga melontarkan pernyataan, mendesak warga setempat agar tidak berkomunikasi dengan warga Rohingya. Sementara itu para pimpinan fraksi politik di Myanmar berupaya untuk mengusir 800 ribu warga minoritas itu dari Myanmar. Sejauh ini, aktivis HAM yang berbasis di London, Inggris juga aktif mengkritisi tokoh pro-demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi. Mereka mengutarakan kekecewaannya karena Suu Kyi dinilai gagal menyikapi masalah ini.
Rohingya sudah tinggal di Myanmar sejak beberapa abad yang silam, namun pada 1982 Jendral Ne Win melucuti kewarganegaraan mereka. Warga Rohingya pun lari ke Bangladesh dan hidup di kamp-kamp pengungsian.
Media-media asing juga dilarang masuk ke wilayah Arakan, di mana banyak warga Rohingya bermukim. Pada pekan lalu, 10 relawan juga ditangkap tanpa alasan, ketika memasuki wilayah itu.(

Jeritan Muslim Rohingya Myanmar : “Tolong Selamatkan Kami”


MUSLIM ROHINGYA DI MYANMAR

Selamatkan Muslim Rohingya Burma
Selamatkan Muslim Rohingya Burma

Perbincangan dengan KBRI Myanmar di Yangon . Tengah hari senin (23/07) sekitar pukul 14.33 wibb, melalui telpon sambungan internasional :
Rencana jika diizinkan Allah SWT bulan Haji tahun 1433 H mendatang , kami merencanakan ibadah qurban di Rakhine, satu negara bagian Myanmar. Nyaris berita kezaliman terhadap muslim Rohingya tak terekspos ke luar. Untuk persiapan pelaksanaan Qurban tersebaut kucoba menghubungi Kedutaan Besar RI di Yangon. Di Nomor 01017 951 254 465 .
Suara seorang perempuan menyambut teleponku.
“Iya , sambungkan saja kebagian konsuler visa servise ” jawabku kepada resevsionis KBRI Myanmar di Yangon yang tak dapat berbahasa Indonesia itu. Terdengar suara seorang perempuan dalam bahasa Indonesia, “Iya dengan Rika disini, hem… baru lima bulan bertugas di KBRI Yangon” jawab bu Rika dari seberang sana menjawab pertanyaanku. selanjutnya bu Rika menjelaskan : “belum , belum pernah ke Rakhine, sulit mau kesana, harus memenuhi beberapa syarat yang terlebih dahulu diajukan oleh Kemlu. Kalau sampai Yangon saja tak jadi masaalah.
Itupun kami mohon dengan sangat – sangat applay visa dulu di Keduataan Myanmar di Jakarta.” pintanya ber wanti – wanti
Sebenarnya Aku beberapa kali masuk ke wilayah Myanmar. Dari pengalaman lewat laut, yang berbatasan dengan Thailand, sebenarnya tidak lah mudah bagi pemegang pasport hijau seperti saya ini yang warga negara Indonesia, agak berbeda perlakuan mereka terhadap warga negara Thailand terutama yang ber agama Budha. Apalagi urusannya yang menyangkut sosial keagamaan. Kalau urusan Bisnis tak jadi masaalah.
Disamping harus mengeluarkan beberapa puluh dollar US untuk biaya masuk, pasport kita pun ditahan oleh pihak imigrasi, kita hanya diberikan secarik kertas yang dicap dan distempel oleh imigrasi border setempat. Kertas selembar itulah pengganti pasport yang nantinya akan kita kembalikan saat hendak pulang.
Pernah juga kami diizinkan menetap selama 5 hari, dengan catatan tidak boleh pergi jauh ke luar kota lebih dari 5 kilometer. Dan harus tidur di Hotel, berani jauh lebih dari batas yang ditentukan, resiko tanggung sendiri. Hal itu tertuang dalam surat pernyataan yang harus kami tanda tangani.
Myanmar atau lebih dikenal dengan Burma ini adalah salah satu Negara di Asean yang tidak mengakui bahwa Muslim Rohingya adalah warga negaranya sendiri walaupun mereka sudah bergenerasi – generasi tinggal di bumi Rakhine itu … bahkan Perdana Menterinya sendiri mengatakan akan mengusir Muslim Rohingya dari bumi Myanmar yang mayoritas Budha itu. Sunggu sangat Zalim mereka para Budha itu menindas Muslim Rohingya
Banyak kisah sedih yang mereka alami, apalagi disaat bulan ramadhan seperti sekarang ini. Rumah dibakar. Perampasan harta benda. Tak tahu mana tentara dan mana yang menyaru jadi tentara.
” Siapa yang sudah datang ke Rakhine bu” tanyaku lagi
“Ada, baru baru ini, kalau tak salah Sekjen Amal Zakat” lanjut bu Rika Staf KBRI Yangon itu. “Datang dengan VOA (Visa On Arraival-red)…. “ya kami harus ke Bandara mengurusnya” ujarnya lagi. Karena pihak imigrasi Bandara Yangon, kecuali tiga hal tak mengizinkan WNI masuk kesana. “Mereka tidak ke Rakhine hanya sampai di Yangon saja” jelas bu Rika lagi dengan ramah.
“Ini masalah sensitive pak” kata bu Rika. ” Kalau mau ada donasi , sudah ditentukan no rekening yang menerimanya, itu yang saya baca di koran Lokal” kata bu Rika Lagi. Menjawab pertanyaanku tentang bantuan yang mungkin akan diserahkan ke korban keganasan kaum Bhuda Myanmar terhadap Muslim Rohingya di Rakhine.
Lebih 30 menit kami berbicara, dan terakhir : “hem hem iya saya sedang berpuasa” jelas bu Rika , cuma pak Duta Besar, Sebastianus Sumarsono tidak puasa.” jawab bu Rika terdengar tawa kecilnya melalui sambungan telpon siang hari itu.
Ya Insyaallah kami akan kesana.

Seandainya saya bukan seorang Muslim, saya akan menjadi warga negara Myanmar


Saya lahir di negara bagian Arakan, Myanmar. Orangtua saya juga lahir di sana. Nenek moyang saya juga. Ada banyak kelompok etnis di Myanmar. Mereka semua non-Muslim. Mayoritas adalah Buddha, dan beberapa dari mereka adalah Kristen. Namun mereka semua diakui sebagai warga negara Myanmar.
Orang-orang Kristen ini juga menghadapi berbagai macam rasisme di Myanmar seperti yang kalian semua ketahui, tetapi kurang dari Muslim Rohingya di negara bagian Arakan (kebanyakan rasisme menimpa Muslim Rohingya – red) . Karena mereka bukan orang-orang Buddha. Ada banyak orang China di Myanmar yang bermigrasi dari China, saat ini mereka adalah warga negara Myanmar. Ada banyak orang-orang Bangladesh etnis Rakhine, terutama, di negara bagian Arakan yang telah mendapatkan kebangsaan Myanmar. Ada banyak orang-orang Hindu yang bermigrasi dari India dan Nepal. Mereka semua telah diberikan status kebangsaan karena mereka bukan Muslim.
Ada bukti-bukti sejarah bahwa di sana ada orang-orang China dan Hindu di Myanmar. Sekarang, darimana mereka datang dengan kewarganegaraan Myanmar? Seperti yang saya katakan sebelumnya, ada ribuan orang Bangladesh etnis Rakhine di negara bagian Arakan yang bermigrasi dari Bangladesh yang sekarang dengan kewarganegaraan Myanmar. Berdasarkan beberapa orang rasis, Rohingya adalah dari Bangladesh karena bahasa mereka mirip dengan bahasa Bangladesh. Saya ingin bertanya kepada orang-orang rasis itu, begini: ‘Apa perbedaan bahasa Rakhine dan bahasa Burma? Bukankah itu sama? bahasa Rakhine adalah bahasa yang 80 persen-nya mirip dengan bahasa Burma. Apakah ini berarti bahwa orang-orang Rakhine adalah keturunan orang Burma atau orang Burma datang dari Rakhine? Sejumlah orang-orang rasis mengatakan bahwa agama orang Rohingya (Islam) dan kebudayaannya tidak seperti kita (warga Burma), bagaimana bisa mereka diberikan kewarganegaraan? Ini adalah alasan yang sangat logis. Seperti yang kita ketahui semua, ada umat Islam di setiap negara di dunia dengan berbeda-beda bangsa dan budaya. Dan ada juga non-Muslim di negara-negara Muslim. Contohnya saja, ada orang Buddha Rakhine di Bangladesh dengan kebangsaan Bangladesh.
Apakah agama dan budaya mereka sama? Dapatkan sebuah bahasa menjadi faktor penilaian dalam apakah sebuah komunitas adalah sebuah warga di sebuah negara atau bukan? Berdasarkan sejumlah orang-orang rasis, kaum Muslimin di Arakan tidak bisa menjadi kebangsaan Myanmar hanya karena mereka tidak dapat berbicara bahasa Burma. Orang salah jika berkata demikian, karena kaum Muslimin yang berpendidikan di Arakan dapat berbicara bahasa Burma dengan fasih. Lebih dari 90 persen orang Rakhine di Arakan tidak dapat berbicara bahasa Burma dengan fasih, malahan mereka berbicara dalam bahasa Rakhine. Di samping itu, sejumlah orang-orang Kachins, Chins, Mons, dan Shans dan lain-lain tidak dapat berbahasa Burma. Bukankah mereka warga negara Myanmar? Faktanya (faktor bahasa – red) , tidak dapat dijadikan faktor penilaian dalam menetapkan kebangsaan orang-orang di Myanmar.
Sejauh yang saya perhatikan, banyak Muslim di Arakan tidak bisa berbicara dalam bahasa Burma karena orang-orang itu sebagaian besar terkunci (diblokir) di utara negara bagian Arakan dan tidak ada kedekatan dan hubungan dekat antara orang Burma dan orang-orang tersebut (Muslim Rohingya). Banyak dari mereka tidak dapat menemukan seorang warga Burma untuk diajak biacara dalam bahasa Burma. Jadi, bagaimana mereka dapat berbahasa Burma? Kita harus berpikir logis daripada dengan dasar sewenang-wenang. Tetapi mereka (orang Muslim) yang memiliki hubungan dekat dengan warga lokal Rakhine, dapat berbicara dalam bahasa Rakhine dengan fasih. Hal yang lebih buruk adalah bahwa, bahkan banyak siswa sekolah tinggi di Maung Daw dan Buthidaung tidak dapat berbicara bahasa Burma dengan fasih karena mereka di sekolah mereka, diajari dalam bahasa lokal berdialek Rakhine bahkan meskipun buku-bukunya berbahasa Burma.
Lebih dari itu, di India, etnis Talim, Telugu dan lain-lain bahkan tidak tahu bahasa resmi Hindi, apalagi berbicara dengannya. Bukankah mereka warga negara India? Di China, bahasa resminya adalah Mandarin dan ada jutaan orang yang tidak dapat berbicara dalam bahasa itu. Bunaknkah mereka warga China? Di Tahailand, orang-orang yang tinggal di bagian selatan tidak dapat berbicara bahasa Thailand dengan benar. Bukankah mereka dianggap sebagai warga negara Thailand? Di Bangladesh, ada jutaan orang yang tidak dapat berbicara bahasa Shudda Basha. Bukankah mereka warga negara Bangladesh? Ini adalah beberapa contoh. Orang-orang yang berpikiran terbuka, logis dan cinta-damai akan memahami ini.
Di sini, saya ingin bertanya kepada orang-orang yang mengkritik Muslim Rohingya karena tidak dapat berbicara bahasa Burma secara fasih bahwa ‘bagaimana mereka dapat berbicara secara fasih dalam keadaan yang mana mereka lahir di negara bagian Arakan, dan mereka diisolasi di sebuah kandang seperti burung?.’ Jadi, untuk memenuhi syarat sebagai kelompok etnis, mereka tidak seharusnya selalu dapat berbicara bahasa yang dominan di masyarakat mayoritas.
Jadi, saya pikir satu-satunya “kesalahan” saya adalah bahwa Saya Seorang Muslim!
Aung Min, Muslim Arakan
Diterjemahkan dari AMEF

Jeritan Muslim Rohingya : “Mereka Akan Membunuh Kami Semua, Tolong Bantu Kami”

Mohammad Sultan Ahmad : Azab kini menimpah terhadap umat Muslim minoritas di Wilayah Arakan, Burma.
Besok akan dimulai Makan Sahur, dimanakah Pendirian UN-OIC-LIGA ARAB-ASEAN dan BAGIAN-2 antara bangsa..?
Adakah kamu setuju jika mereka dibiarkan kelaparan ? Adakah kamu boleh diam diri jika mereka tiada tempat tinggal? Saat ini sedang musin Hujan disana. Adakah kamu bisa melahap makanan dengan kenyang, sementara kanak-2 saudara kita kelaparan di Arakan sana…??? Anda pasti akan mempertanggungjawabkannya nanti dihadapan Allah SWT baik didunia dan Juga di Akhirat (Hari Qiamah).
KELUAR DARI MULUT BUAYA MASUK MULUT HARIMAU.
Itulah agaknya kini dirasakan oleh sebahagian muslim Rohingya. Sungguh malang nasib mereka, di Negaranya Myanmar mereka tidak diakui sebagai warga negara Burma, meskipun sudah bergenerasi generasi tinggal di Burma. Mereka di usir, dan terpaksa berangkat ke Banglades, ironis nya negara delta itu yang memang berbatasan langsung dengan Myanmar tak menerima mereka, karena pemerintah Banglades beranggapan itu urusan dalam negeri Myanmar.
Apa yang boleh kita buat……??????

Muslim Harus Diusir dari Myanmar

Mengapa umat Islam yang lain pada diam semua?
Mengapa umat Islam yang lain pada diam semua?
YANGOON – Presiden Myanmar Thein Sein mengatakan, Muslim Rohingya harus diusir dari Myanmar. Ia juga mengatakan, sebaiknya Muslim Rohingya dikirim ke kamp pengungsi yang dikelola PBB.
Mantan Jenderal Junta tersebut mengatakan pada Kamis (12/7) kemarin, bahwa satu-satunya solusi untuk mengatasi konflik Muslim dan Buddha di Myanmar adalah dengan mengirim Muslim Rohingya ke luar Myanmar. Ia meminta Muslim Rohingya dikirim ke kamp pengungsi yang dikelola United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).
“Kami akan mengusir mereka jika ada negara ketiga yang mau menerima mereka. Ini adalah solusi terbaik untuk masalah ini,” ujar Sein.
Badan pengungsi PBB merasa dilecehkan dengan ide tersebut. PBB mengatakan, puluhan tahun diskriminasi telah membuat Muslim Rohingya tidak memiliki negara. Myanmar telah membatasi pergerakan mereka, dan memotong hak atas tanah, pendidikan, dan pelayanan publik mereka.
Selama dua tahun terakhir, gelombang Muslim etnis ini telah berusaha melarikan diri dengan perahu. Mereka rak tahan menghadapi penindasan sistematis oleh pemerintah Myanmar.
Pemerintah Myanmar menolak mengakui keberadaan mereka di Myanmar. Mereka mengatakan penduduk Rohingya bukan asli Myanmar. Pemerintah juga mengklasifikasikan Muslim Rohingya sebagai migran ilegal. Meskipun mereka telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi.

Menurut Media Myanmar : Sudah 50 Orang Tewas Dalam Bentrokan Budha – Muslim


View Larger Map
Lima puluh orang tewas dan sejumlah lainnya cedera dalam bentrokan sektarian di barat Myanmar, kata media pemerintah hari Sabtu ini (16/6), ketika PBB memperingatkan adanya “kesulitan besar” yang dihadapi oleh ribuan orang yang mengungsi akibat kerusuhan.
Media pemerintah negara New Light of Myanmar mengatakan 50 orang telah tewas, dengan 54 terluka dari 28 Mei hingga 14 Juni di negara bagian Rakhine, yang telah memanas dengan kekerasan antara umat Buddha lokal dan Muslim Rohingya.
Laporan itu tidak mengatakan apakah jumlah korban diperbarui mencakup 10 Muslim yang dipukuli sampai mati pada tanggal 3 Juni lalu oleh massa Buddha sebagai balas dendam atas tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita Budha Rakhine, yang akhirnya memicu aksi kekerasan.
Seorang pejabat tinggi negara pada hari Kamis lalu mengatakan 29 orang – 16 Muslim dan 13 Buddhis – telah tewas, tapi kelompok HAM dan sumber-sumber lokal lainnya percaya angka korban sesungguhnya di desa terpencil Rakhine bisa jadi jauh lebih tinggi.
Polisi memberlakukan jam malam di kota Sittwe semalam, di mana media mengatakan pasukan keamanan berusaha memulihkan perdamaian, stabilitas dan keamanan setelah kerusuhan, yang menimbulkan tantangan serius bagi pemerintah reformis Myanmar.
Hampir 31.900 orang dari kedua belah pihak saat ini ditampung di 37 kamp di seluruh Rakhine, pejabat di Sittwe Kamis lalu menyatakan, sementara ribuan rumah telah dibakar.

Ribuan Warga Rohingya Demo Kedutaan Myanmar Di Kuala Lumpur


MAPIM tuntut akan halau duta besar Mynamar dari Malaysia.
Hampir 2,000 warga Rohingya yang berada di Malaysia, berarak menuju ke kedutaan Myanmar di Kuala Lumpur hari ini jumat (15/06) memprotes pembunuhan saudara – saudara mereka oleh penguasa negara itu. Para demonstran mula berarak dari Masjid Tabung Haji selepas selesai solat Jumat menuju gedung Kedutaan yang berjarak kira-kira 1 kilometer dari masjid. Demikian tulis harakahdaily
Lebih lanjut harakahdaily menulis. Mereka membawa sepanduk mengecam kekejaman penguasa, dan juga gambar-gambar korban yang dibunuh dengan kejam oleh penyokong penguasa. Ada diantara mereka yang berarak sambil berteriak-teriak menyatakan rasa kecewa dan sedih dengan nasib yang menimpa saudara-saudara mereka itu.
Berbagai slogan diteriakkan dalam bahasa ibunda mereka sebagai mungutuk pemerintah negara itu. Mereka mengecam atas tindakan pembunuhan hampir 1.500 orang muslim Rohingya dan 3.000 lagi terluka dalam perselisihan antar etnik di negara itu beberapa hari lalu.
Pertemuan hari jumat ini adalah atas anjuran NGO Majlis Perundingan Pertubuhan Islam (MAPIM) dan turut disokong Dewan Pemuda PAS. PAS adalah Partai oposisi di Malaysia. Sementara demonstrasi itu tadi dalam koordinasi Sekretaris (Setiausaha) MAPIM, Mohd Azmi Abdul Hamid, Ketua Pemuda PAS Wilayah Kamaruzzaman Mohamad dan Ketua Penerangan Dewan Muslimat PAS Pusat, Aiman Athirah Al Jundi.
Para demontrasi tidak bisa sampai ke depan bangunan gedung kedutaan karena pihak polisi membuat sekatan di persimpangan Jalan Madge kira-kira 200 meter dari pintu pagar kedutaan. Polisi Malaysia hanya membenarkan tiga perwakilan para demontrasi iaitu Azmi, Kamaruzzaman dan Athirah melewati sekatan untuk menyerahkan surat pernyataan, namun wakil kedutaan Myanmar enggan membukakan pintu pagar.
Hampir setengah jam memanggil dan menunggu, memorandum atau surat pernyataan tersebut kemudian diserahkan melalui celah pagar kepada salah seorang penjaga kedutaan yang bertugas saat itu. Azmi ketika bercakap kepada media turut mengecam sikap duta Myanmar itu yang enggan bertemu dan menerima memorandum tersebut.
“Dia datang ke Malaysia, kita bagi tanah dan tempat tinggal, tiba-tiba dia layan kita macam ini. Jadi hari ini kita menuntut kerajaan kita menghalau mereka keluar dari bumi Malaysia ini, kita tidak boleh tolak ansur lagi.Mereka bunuh saudara Islam kita, orang perempuan, anak-anak kecil.
“Respek la sikit, (memorandum) ini kertas sahaja, bukan bom. Kita akan gerakkan kempen besar-besaran kali ini,” katanya.
Bagaimana di Indonesia?
Belum ada terdengar apapun yang telah di buat oleh Pemerintah Indonesia, liputan tentang keganasan antar etnis yang terjadi di Myanmar tadi pagi hanya beberapa saat diliput dalam Metro TV.
Belum juga terdengar LSM maupun Ormas Islam seperti Muhammadiyah, NU, DDII terhadap saudara sesama Islam yang sudah tertindas lebih dari 60 tahun
itu, terusir dari tanah tumpah darah yang sudah didiaminya berabad-abad lamnya.
Aung San Suu Kiy, belum banyak berbuat , terutama pada etnis Rohingya yang muslim yang banyak tinggal berbatasan dengan Bangladesh. Sementara Yang terdengar awal pelantikannya setelah menang pemilu beliau mengunjungi ribuan etnis Karen yang kini banyak mengungsi di perbatasan Thailand.

Muslim Rohingya: Suu Kyi Masih Diam

Sejumlah warga muslim Rohingya naik perahu menyeberangi sungai Naf, untuk melintasi perbatasan dari wilayah Myanmar ke Bangladesh, di kota Teknaf sebelah Selatan Bangladesh . (Reuters)
Sejumlah warga muslim Rohingya naik perahu menyeberangi sungai Naf, untuk melintasi perbatasan dari wilayah Myanmar ke Bangladesh, di kota Teknaf sebelah Selatan Bangladesh . (Reuters)

TEKNAF — Muslim Rohingya Myanmar yang tinggal di kamp pengungsi di Bangladesh meminta bantuan pada Aung San Suu Kyi. Mereka meminta Suu Kyi membantu mengakhiri penindasan yang mereka derita selama ini. Wilayah Bangladesh yang berbatasan 200 kilometer dengan Myanmar adalah rumah bagi sekitar 300 ribu pengungsi Muslim Rohingya. Sepersepuluh dari mereka hidup dalam kondisi memprihatinkan di kamp bantuan PBB.
Seorang pejabat Myanmar mengatakan, kerusuhan antara umat Buddha lokal dan Muslim Rohingya di Rakhine menimbulkan banyak korban. Sekitar 49 orang tewas dan 41 lainnya terluka dalam lima hari kerusuhan antarkelompok tersebut.
“Kami memohon pada PBB, negara-negara asing, pemerintah Myanmar dan terutama Suu Kyi,” ujar Mohammad Islam, pemimpin pengungsi Rohingya di Kamp Nayapara, Teknaf, Bangladesh.
Ia menambahkan, hingga saat ini Suu Kyi tak melakukan atau mengatakan apa-apa untuk kami. Padahal orangtua kami termasuk yang melakukan kampanye untuknya pada pemilu 1990.
“Seperti kebanyakan orang Burma lain, ia juga diam tentang hak-hak Rohingya,” tambah dia.
Dalam kunjungan pertama Suu Kyi ke luar Myanmar, ia menemui ribuan pengungsi Myanmar di perbatasan Thailand. Ia berjanji membantu mereka kembali.
Islam mengatakan, Suu Kyi menyoroti nasib pengungsi Myanmar di Thailand yang kebanyakan orang Karen. Tapi Suu Kyi tak berbicara apa pun yang dapat menimbulkan harapan bagi Rohingya.
“Kami dengar hubungan pemerintah dan Suu Kyi telah diperbaiki. Akan ada reformasi di negara ini, tapi kami tak merasakan perubahan berarti untuk Rohingya,” kata Islam.
Muslim Rohingya telah lama diperlakukan buruk dan dianggap sebagai ‘orang asing’ oleh pemerintah Myanama. Para aktivis mengatakan, hal tersebut memupuk perpecahan dengan umat Buddha di negara bagian Rakhine.

Rohingya, Potret Buram Muslim Myanmar

Seorang warga etnis Rohingya tengah menunggu bantuan diluar sebuah masjid di Sittwe, Myanmar. (Damir Sagolj/Reuters)
Seorang warga etnis Rohingya tengah menunggu bantuan diluar sebuah masjid di Sittwe, Myanmar. (Damir Sagolj/Reuters)

“Kami meninggalkan Myanmar karena kami diperlakukan dengan kejam oleh militer. Umat Muslim di sana kalau tidak dibunuh, mereka disiksa,” ujar seorang pengungsi, Nur Alam, seperti dikutip BBC, beberapa waktu lalu. Nur bersama 129 Muslim Rohingya begitu umat Islam yang tinggal di utara Arakan, Myanmar, biasa disebut terpaksa harus meninggalkan tanah kelahirannya.
Ia bersama kawan-kawannya nekat melarikan diri dari Myanmar dengan menumpang perahu tradisional sepanjang 14 meter. Mereka berjejalan di atas perahu kayu dengan bekal seadanya. Akibat mesin perahu yang mereka tumpangi rusak, Muslim Rohingya pun harus rela terkatung-katung di lautan yang ganas.
Hingga akhirnya, mereka ditemukan nelayan Aceh dalam kondisi yang mengenaskan. Menurut Nur, mereka terombang-ambing ombak di lautan ganas selama 20 hari. Kami ingin pergi ke Indonesia, Malaysia, atau negara lain yang mau menerima kami, tutur Nur. Demi menyelamatkan diri dan akidah, mereka rela kelaparan dan kehausan di tengah lautan.
Begitulah potret buram kuam Muslim Rohingya yang tinggal di bagian utara Arakan atau negara bagian Rakhine. Kawasan yang dihuni umat Islam itu tercatat sebagai yang termiskin dan terisolasi dari negara Myanmar atau Burma. Daerah itu berbatasan dengan Bangladesh.
Sejak 1982, Undang-Undang Kewarganegaraan Burma tak mengakui Muslim Rohingya sebagai warga negara Myanmar. Pemerintah di negara itu hanya menganggap mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh atau keturunannya. Terjebak dalam kondisi yang sangat tidak menguntungkan seperti itu, kaum Rohingya pun memilih untuk meninggalkan Myanmar.
Tak mudah bagi mereka untuk melepaskan diri dari negara yang dikuasai Junta Militer itu. Tak jarang mereka harus mengalami kekerasan dan penyiksaan oleh pihak keamanan. Setelah mereka keluar dari negara tersebut, mereka tidak diperkenankan untuk kembali.
Selain itu, umat muslim Rohingya seperti terpenjara di tempat kelahirannya sendiri. Mereka tidak bisa bebas bepergian ke mana pun. Meskipun hanya ingin ke kota tetangga saja, pihak militer selalu meminta surat resmi. Saat ini, sekitar 200 ribu Muslim Rohingnya terpaksa tinggal di kamp pengungsi seadanya di Bangladesh.
Sebagian besar dari mereka yang tidak tinggal di tempat pengungsian resmi memilih untuk pergi ke negara lain melalui jalur laut, terutama melalui Laut Andaman. Kemudian, pihak Pemerintah Thailand juga mengabarkan bahwa mereka telah menahan sebanyak 100 orang Rohingya beberapa waktu yang lalu.
Pemerintah negeri Gajah Putih itu menolak menerima mereka sebagai pengungsi. Untuk mengatasi masalah ini, PBB sudah bergerak melalui salah satu organisasinya yang mengurusi pengungsi, UNHCR.
***
Populasi Muslim Rohingya di Myanmar tercatat sekitar 4,0 persen atau hanya sekitar 1,7 juta jiwa dari total jumlah penduduk negara tersebut yang mencapai 42,7 juta jiwa. Jumlah ini menurun drastis dari catatan pada dokumen Images Asia: Report On The Situation For Muslims In Burma pada Mei tahun 1997. Dalam laporan tersebut, jumlah umat Muslim di Burma mendekati angka 7 juta jiwa.
Mereka kebanyakan datang dari India pada masa kolonial Inggris di Myanmar. Sepeninggal Inggris, gerakan antikolonialisasi di Burma berusaha menyingkirkan orang-orang dari etnis India itu, termasuk mereka yang memeluk agama Islam. Bahkan, umat Muslim di Burma sering sekali menjadi korban diskriminasi.
Pada tahun 1978 dan 1991, pihak militer Burma meluncurkan operasi khusus untuk melenyapkan pimpinan umat Islam di Arakan. Operasi tersebut memicu terjadinya eksodus besar-besaran dari kaum Rohingya ke Bangladesh. Dalam operasi khusus itu, militer tak segan-segan menggunakan kekerasan yang cenderung melanggar hak asasi manusia.
Selain itu, State Law and Order Restoration Council (SLORC) yang merupakan rezim baru di Myanmar selalu berusaha untuk memicu adanya konflik rasial dan agama. Tujuannya untuk memecah belah populasi sehingga rezim tersebut tetap bisa menguasai ranah politik dan ekonomi.
Pada 1988, SLORC memprovokasi terjadinya pergolakan anti-Muslim di Taunggyi dan Prome. Lalu, pada Mei 1996, karya tulis bernada anti-Muslim yang diyakini ditulis oleh SLORC tersebar di empat kota di negara bagian Shan. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya kekerasan terhadap kaum Muslim.
Kemudian, pada September 1996, SLORC menghancurkan masjid berusia 600 tahun di negara bagian Arakan dan menggunakan reruntuhannnya untuk mengaspal jalan yang menghubungkan markas militer baru daerah tersebut. Sepanjang Februari hingga Maret 1997, SLORC juga memprovokasi terjadinya gerakan anti-Muslim di negara bagian Karen.
Sejumlah masjid dihancurkan, Alquran dirobek dan dibakar. Umat Islam di negara bagian itu terpaksa harus mengungsi. Burma Digest juga mencatat, pada tahun 2005, telah muncul perintah bahwa anak-anak Muslim yang lahir di Sittwe, negara bagian Rakhine (Arakan) tidak boleh mendapatkan akta kelahiran.
Hasilnya, hingga saat ini banyak anak-anak yang tidak mempunyai akta lahir. Selain itu, National Registration Cards (NRC) atau kartu penduduk di negara Myanmar sudah tidak diberikan lagi kepada mereka yang memeluk agama Islam.
***
Mereka yang sangat membutuhkan NRC harus rela mencantumkan agama Buddha pada kolom agama mereka.
Bahkan, Pemerintah Myanmar sengaja membuat kartu penduduk khusus untuk umat Muslim yang tujuannya untuk membedakan dengan kelas masyarakat yang lain. Umat Muslim dijadikan warga negara kelas tiga. Umat Islam di negera itu juga merasakan diskriminasi di bidang pekerjaan dan pendidikan.
Umat Islam yang tidak mengganti agamanya tak akan bisa mendapatkan akses untuk menjadi tentara ataupun pegawai negeri. Tak hanya itu, istri mereka pun harus berpindah agama jika ingin mendapat pekerjaan.
Pada Juni 2005, pemerintah memaksa seorang guru Muslim menutup sekolah swastanya meskipun sekolah itu hanya mengajarkan kurikulum standar, seperti halnya sekolah negeri, pemerintah tetap menutup sekolah itu.
Sekolah swasta itu dituding mengajak murid-muridnya untuk masuk Islam hanya karena sekolah itu menyediakan pendidikan gratis. Selain itu, pemerintah juga pernah menangkap ulama Muslim di Kota Dagon Selatan hanya karena membuka kursus Alquran bagi anak-anak Muslim di rumahnya. Begitulah nasib Muslim Rohingya.
Nasib buruk yang dialami Muslim Rohingya mulai mendapat perhatian dari Organisasi Konferensi Islam (OKI). Kantor berita Islam, IINA, pada 1 Juni 2011, melaporkan, Sekretariat Jenderal OKI yang bermarkas di Jeddah telah menggelar sebuah pertemuan dengan para pemimpin senior Rohingya. Tujuannya, agar Muslim Rohingya bisa hidup damai, sejahtera, dan memiliki masa depan yang lebih baik.
Dalam pertemuan itu, para pemimpin senior Rohingya bersepakat untuk bekerja sama dan bersatu di bawah sebuah badan koordinasi. Lewat badan koordiansi itulah, OKI mendukung perjuangan Muslim Rohingya untuk merebut dan mendapatkan hak-haknya.
Pertemuan itu telah melahirkan Arakan Rohingya Union (ARU) atau Persatuan Rohingya Arakan. Lewat organisasi itu, Muslim Rohingya akan menempuh jalur politik untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami Muslim Rohingya. Semoga.

Rumah-Rumah Muslim Myanmar Dibakar Budha


Rumah-rumah Muslim Myanmar di Sittwe, Rakhine dibakar oleh kelompok Budha, buntut dari isu tentang perempuan Budha diperkosa oleh Muslim, dan konflik Muslim-Budha meluas di seluruh Myanmar. Pemerintah memberlakukan darurat, akibat konflik yang terus meluas itu.
Myanmar mengumumkan keadaan darurat di negara bagian barat Rakhine, di tengah kekhawatiran kerusuhan lebih lanjut menyusul letusan kekerasan antara Muslim-Budha yang mengakibatkan sejumlah Muslim gugur, ujar seorang pejabat pemerintah, Minggu.
Serangan balas dendam terhadap Muslim melanda di seluruh wilayah negara, akibat isu perkosaan dan pembunuhan terhadap seorang perempuan Budha Rakhine.
Massa Buddha marah, akibat termakan isu seorang perempuan Budha yang diperkosa Muslim, yang menyebabkan orang-orang Budha mengamuk dan menghadang sebuah bus yag ditumpangi Muslim, dan kemudian membunuh mereka. Sedikitnya 10 Muslim gugur, akibat serangan orang-orang Budha itu.
Kerusuhan berkobar hari Jumat, ketika 4 orang Budha mati di negara bagian Rakhine, selanjutnya kerusuhan bergelombang, konflik diantara kedua belah fihak, dan kekerasan menyebar ke desa-desa terpencil, Sabtu pagi.
Menyusul kerusuhan di dua daerah lain di negara bagian Rakhine itu, Jumat. Menurut media pemerintah, akibat kerusuhan itu menewaskan sedikitnya 7 orang Muslim tewas dan 17 terluka, dan ratusan rumah Muslim terbakar habis.
Negara bagian Rakhine, mayoritas penduduknya Budha. Namun di wilayah itu, terdapat Muslim Rohingya, yang jumlahnya sangat besar. Selama berpuluh tahun, Muslim Rohingya menghadapi kekerasan oleh Budha, dan mereka dianggap sebagai imigran gelap. Kelompok Budha di Myanmar terus berusaha menyingkirkan dari wilayah itu. Konfllik antara Muslim-Budha di Myanmar sudah memiliki akar yang dalam, ratusan tahun.
Sebelumnya, media pemerintah mengumumkan sejumlah langkah – termasuk jam malam di Sittwe ibukota negara bagian Rakhine, dan tiga kota lainnya, serta larangan berkelompok lebih dari lima orang – tetapi tampaknya telah gagal memadamkan ketegangan Muslim-Budha.
Aktivis Rohingya telah lama menuntut pengakuan sebagai warga negara Myanmar, tetapi golongan Budha, bersikeras menolak. Meskipun mereka telah hidup di Rakhine, bergenerasi dan ratusan tahun.
Pemerintah tidak mengindahkan Muslim Rohingya,dan tetap mengganggap mereka pendatang gelap. Kelompok Muslim Rohingya, sangat dibatasi aktifitas mereka oleh pemerintah. Rohingya mendapatkan perlakuan sangat diskriminatif dari pemerintah, yang mayoritas Budha.
Golongan Budha beberapa hari terakhir, mereka melakukan kampanye yang massif, dan mennggambarkan Muslim Rohingya sebagai “penjajah” atau “teroris”.
Dengan adanya kebebasan yang baru, golongan Budha melampiaskan kemarahan mereka, melalui internet dan jejajaring sosial anti Muslim Rohingya. Ini membuat konflik Muslim-Budha di Myanmar meledak.
Aktivis Rohingya dan warga menuduh etnis Budha di Rakhine menteror komunitas Muslim. Saksi di Sittwe mengatakan rumah-rumah Muslim dibakar oleh orang-orang Budha, Minggu.
Begitulah perlakuan orang-orang kafir-musyrik, kalau mereka mayoritas di sebuah negeri, pasti menghancurkan Muslim. Begitu mereka masih bermulut menyerukan toleransi, dan mengkampanyekan hidup toleran. Bullshit. (af)

Empat Orang Kembali Tewas dalam Bentrokan Agama di Myanmar

..Abu Tahay, ketua Partai Demokratik Nasional Pembangunan, sebuah partai politik Rohingya, mengatakan umat Buddha melemparkan batu ke masjid di Muangdaw dan lima Rohingya ditembak mati setelah bertengkar dengan pasukan keamanan..
..Abu Tahay, ketua Partai Demokratik Nasional Pembangunan, sebuah partai politik Rohingya, mengatakan umat Buddha melemparkan batu ke masjid di Muangdaw dan lima Rohingya ditembak mati setelah bertengkar dengan pasukan keamanan..

RAKHINE, MYANMAR (voa-islam.com) – Empat orang tewas ketika ratusan Muslim Rohingya melancarkan protes dalam komunitas Buddha di Myanmar, Jumat, dan polisi melepaskan tembakan, kata seorang pejabat pemerintah, ketika ketegangan komunal meluap di negara bagian Rakhine yang bermasalah. Jam malam diberlakukan di kota negara bagian Muangdaw setelah warga Rohingya, yang sebagian besar Muslim tanpa kewarganegaraan berasal dari keturunan Asia Selatan dan dikenakan pembatasan sangat ketat oleh penguasa, mulai memprotes setelah shalat Jumat di sebuah masjid.
Seorang politisi dan aktivis Rohingya, mengutip sumber-sumber lokal, mengatakan bentrokan meletus setelah pasukan keamanan menembaki Muslim Rohingya dan beberapa dari mereka tewas.
MRTV milik negara tidak menyebutkan adanya kerusuhan dan korban jiwa dari umat Islam dalam buletin berita malam hari, tetapi melaporkan jam malam telah diberlakukan di Maungdaw dan Buthidaung di negara bagian Rakhine. Keduanya didominasi oleh Muslim Rohingya.
Hmu Zaw, seorang pejabat senior di kantor Presiden Thein Sein, juga mengklaim hal yang berbeda. Pada halaman Facebook-nya ia mengatakan empat warga Buddha, di antaranya seorang dokter dan seorang pria tua, meninggal karena luka pisau ganda. Seorang pejabat rumah sakit Muangdaw mengatakan seorang tewas dan empat luka-luka.
Kerusuhan itu terjadi lima hari setelah 10 umat Islam, yang bukan Rohingya, tewas dibantai oleh massa Buddha yang mencegat bus yang mereka tumpangi di kota Taunggoke Rakhine, sebuah insiden yang membuat marah umat Islam dan menyebabkan protes langka di kota terbesar Myanmar, Yangon.
Pembantaian warga Muslim itu diikuti pembagian selebaran seruan di Rakhine untuk pembalasan bagi geng pemerkosaan dan pembunuh seorang wanita muda Buddha beberapa hari sebelumnya.
Badan pengungsi PBB memperkirakan jumlah anggota kelompok minoritas Muslim di Myanmar sekitar 800.000 jiwa di tiga distrik di negara bagian Rakhine yang berbatasan dengan Bangladesh.
Kebanyakan Muslim Rohingya tanpa kewarganegaraan, mereka tidak diakui oleh Myanmar ataupun Bangladesh, dan ribuan mengungsi setiap tahun dengan perahu kecil, untuk bekerja secara ilegal di Thailand dan Malaysia.
Abu Tahay, ketua Partai Demokratik Nasional Pembangunan, sebuah partai politik Rohingya, mengatakan umat Buddha melemparkan batu ke masjid di Muangdaw dan lima Rohingya ditembak mati setelah bertengkar dengan pasukan keamanan. Rincian tidak dapat secara independen dikonfirmasi.
Dia mengatakan wilayah terdekat Buthidaung bersiap untuk masalah. “Situasi sekarang sangat kritis dan tidak stabil,” katanya melalui telepon dari Yangon. “Kekerasan belum dimulai, tetapi segera mungkin terjadi.”
Pemerintah pada hari Kamis mengumumkan telah menunjuk kepala menteri dan polisi untuk memimpin penyelidikan atas “tindakan tanpa hukum dan anarkis terorganisir” yang dilakukan warga Buddha di negara bagian Rakhine.
Negara itu mengambil langkah yang tidak biasa dengan mengumumkan penyelidikikan di halaman depan surat kabar resmi pada hari Kamis dan secara cepat menghapus dari berita website untuk referensi Muslim sebagai “Kalar”, sebuah istilah menghina bagi umat Islam keturunan Asia Selatan di Myanmar.
“Kita bicara, untuk bekerja sama dengan pemerintah dan saudara-saudara nasional kami untuk mengendalikan situasi,” kata Soe Myint, sesepuh Muslim di Yangon, mengacu pada meningkatnya ketegangan.
“Kami khawatir bahwa apa yang dilakukan orang-orang Bengali akan membuat saudara-saudara kita salah paham.”
Dengan kekhawatiran akan kekerasan lebih lanjut berkembang, pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi pada Rabu mendesak warga Buddha yang menjadi mayoritas di Myanmar untuk menunjukkan “simpati” dengan minoritas setelah pembantaian Muslim Rakhine. (ab/wb)

9 Muslim Tewas Diserang Warga Buddha di Myanmar


View Larger Map 9 Muslim Tewas Diserang Warga Buddha di Myanmar
YANGON, MYANMAR (voa-islam.com) – Sembilan warga Muslim tewas saat bus yang mereka tumpangi diserang warga Buddha di negara bagian Rakhine Myanmar Ahad malam (3/6/2012), sebuah kekerasan komunal paling mematikan di wilayah yang tegang tersebut sejak pemerintahan reformis mengambil alih kekuasaan tahun lalu.
Polisi hari Senin (4/6/2012) mengatakan bahwa para Warga Buddha di barat Myanmar menyerang sebuah bus penumpang dan menewaskan sembilan orang Muslim, salah satu korban tewas sedang melakukan perjalanan di dalam mobil terpisah.
Bus itu terkepung dekat kota Taunggoke di negara bagian barat Rakhine Ahad malam oleh sekelompok warga Buddha yang menyalahkan beberapa penumpangnya karena membunuh seorang wanita Buddha sepekan yang lalu, kata penduduk lokal dan politisi.
Rakhine sendiri merupakan rumah bagi konsentrasi Muslim Myanmar terbesar, tapi kehadiran mereka sering dibenci oleh mayoritas Umat Buddha Myanmar. Kebencian ini sangat nyata untuk Rohingya Muslim, yang kedatangannya dimulai pada ke 1820-an ketika mereka dibawa ke negara itu sebagai buruh oleh penguasa kolonial Inggris.
Ko Kyaw Lay, seorang Muslim lokal dan aktivis hak asasi manusia yang merupakan anggota sebuah partai oposisi mengatakan tidak satupun dari mereka yang tewas adalah orang-orang Rohingya lokal.
..Polisi hari Senin (4/6/2012) mengatakan bahwa para Warga Buddha di barat Myanmar menyerang sebuah bus penumpang dan menewaskan sembilan orang Muslim..
..Polisi hari Senin (4/6/2012) mengatakan bahwa para Warga Buddha di barat Myanmar menyerang sebuah bus penumpang dan menewaskan sembilan orang Muslim..
Polisi tidak dapat segera mengkonfirmasikan semua rincian.
“Sebuah penyelidikan sedang berlangsung tetapi saya tidak dapat memberikan rincian lebih lanjut,” kata seorang pejabat polisi, yang meminta anonimitas.
Dalam kasus serangan bus, penduduk Taunggoke Kyaw Min mengatakan umat Buddha “marah karena penanganan pihak berwenang” pada serangan terhadap seorang wanita yang penduduk setempat mengatakan diperkosa oleh beberapa pria dan kemudian dibunuh. Sesaat sebelum serangan hari Ahad itu, leaflet yang berisi foto wanita itu dan menggambarkan perkosaan didistribusikan di daerah tersebut.
Beberapa warga, yang meminta nama mereka tidak diungkapkan, mengatakan umat Islam yang berada di bus bukan warga setempat dan sedang dalam kunjungan ke negara bagian Rakhine. Mereka menyatakan bahwa mereka yang tewas tidak mungkin tersangka geng pelaku pemerkosaan dan pembunuhan wanita Buddha tersebut.
Myanmar adalah salah satu negara Asia Tenggara yang memiliki etnis paling beragam, di mana ketegangan sektarian dan etnis masih bertahan, meskipun iklim politik baru dan reformasi luas oleh pemerintahan pimpinan sipil yang mengatakan mereka telah membuat perdamaian dan persatuan nasional sebagai prioritas ketika menggantikan junta militer 15 bulan lalu. (an/agency)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kebersamaannya disini.